Sabtu, 26 Maret 2011

Laut Indonesia Masih Aman dari Radiasi Nuklir Jepang

Lautan dan ikan di Indonesia masih tak tercemar radiasi nuklir Jepang

Jakarta-"kba-GANAS"

Meledaknya reaktor nuklir di Fukushima Jepang akibat bencana gempa dan tsunami beberapa waktu lalu dipastikan tidak akan mencemari perairan di Indonesia. Isu yang beredar bahwa ikan di Indonesia tercemar radiasi nuklir asal Jepang tidak benar.

Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, seusai penandatangan nota kesepahaman bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,LInda Amalia Sari Gumelar, perihal peningkatan efektivitas pengarusutamaan gender dan anak di bidang kelautan dan perikanan di Jakarta, Rabu (23/3).

Fadel mengatakan, sekalipun perairan laut sekitar Fukushima tercemar oleh senyawa radioaktif, jauhnya jarak antara Jepang dan Indonesia akan menyebabkan mengecilnya efek senyawa tersebut. Ini dikarenakan terjadinya pengenceran terus menerus sepanjang perjalanan ribuan mill laut dari Jepang menuju Indonesia.

"Efek langsungnya terhadap laut Indonesia dipastikan akan sangat minimal, bahkan apabila reaktor di Fukushima berada pada situasi terburuk sekalipun," katanya lagi.

Ia menjelaskan, bencana Fukushima diperkirakan masih jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terjadi di Chernobly pada 1986 silam. Dengan demikian, dampak yang ditimbulkan pada ekosistem laut Jepang kecil, sehingga laut dan biota di Indonesia tidak akan ikut tercemar. Memperhatikan pola arus permukaan global, kemungkinan pencemaran ke laut Indonesia kecil.

Dari arus dominan di perairan timur Jepang yang mengarah ke utara dan selatan serta konvergen akibat tsunami kemudian bergerak ke arah timur menunjukan potensi perairan Indonesia terkontaminasi sangat kecil.

Ia menambahkan, kekhawatiran akan migrasi ikan dari Jepang yang terkontaminasi radiasi nuklir juga dipastikan sangat kecil. Sebab, ikan yang hidup di perairan Pasifik bagian utara berbeda populasi di Pasifik bagian selatan, termasuk sekitar khatulistiwa. Ikan-ikan yang menyebar di perairan Jepang kemungkinan kecil bermigrasi ke wilayah perairan di bawah 10 derajat Lintang Utara, apalagi sampai ke perairan Indonesia.

Meskipun hingga saat ini belum ditemukan adanya bukti bahwa ikan asal Jepang terkontaminasi senyawa radioaktif, untuk meyakinkan masyarakat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk sementara menghentikan masuknya komoditas kelautan dan perikanan asal Jepang ke Indonesia.

Selain menghentikan impor, KKP juga bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional untuk menguji kandungan radioaktif terhadap sampel sampai ikan hasil tangkapan di perairan Pasifik. "Kita beri waktu seminggu untuk pulangkan ikan-ikan itu ke Jepang, dan pagi ini mereka menyatakan bersedia.

Kita juga sudah melakukan deteksi radioaktif untuk ikan-ikan yang masuk. Yang paling merugi dari kejadian ini adalah nelayan, selain karena mereka sulit menjual ikannya, juga terlalu murah," pungkasnya. sumber suara pembaruan-[D-13]-''kba.ajiinews//ganas//

Selasa, 01 Maret 2011

Ribuan Orang Serang Polsek Kampar

Dipicu Salah Tangkap

Warga menyerbu dan melempari Mapolsek Kampar

Riau-Kampar-“GANAS”
Desa Ranah Kecamatan Air Tiris Kabupaten Kampar mencekam, Rabu (23/2) malam. Ribuan warga menyerbu dan melempari Mapolsek Kampar. Polisi pun sampai melepas tembakan untuk menghalau warga. Malang, salah seorang warga, Ibet terkena tembakan petugas.
Aksi ini dipicu saat tiga anggota Polsek Kampar merazia penyakit masyarakat (pekat), Rabu (23/2) pukul 16.00 WIB di Pasar Air Tiris Kampar.

Dalam razia yang dipimpin Kanit Reskrim Polsek Kampar Aipda Edi Chandra bersama dua anggotanya dapat informasi salah seorang pedagang kelontong di Pasar Air Tiris, Zulkifli (48) diduga penjual sie jie. Menurut saksi mata Yanto, ketiga polisi itu pun langsung memburu Zulkifli, yang sedang berwudhu untuk salat Ashar.

Tak lama berselang, Edi langsung bertanya perihal penjualan sie jie. Zulkifli tak mengerti maksud pertanyaan polisi. Bahkan dia tak mengakui dan tak pernah melakukan apa yang ditudingkan Edi. ‘’Tak puas dengan jawaban Zulkifli, Edi pun emosi dan memukul Zulkifli sehingga mulutnya berdarah. Kemudian menyeretnya dan memborgol tangannya untuk dinaikkan ke motor dan membawanya ke Polsek Kampar,’’ kata Yanto menceritakan kejadian ke Riau Pos.

Dikatakannya, aksi polisi itu mengundang perhatian warga yang umumnya pedagang pasar. Beberapa warga menghampiri dan bertanya mengapa Zulkfili diperlakukan seperti itu. Mendapat keterangan polisi atas dugaan penjualan sie jie, warga berang dan membantah. ‘’Tak mungkin dia berbuat itu, saya tahu betul. Dia orang baik, taat beragama. Jadi saya rasa bapak salah menangkap orang,’’ jelas Yanto.

Mendapat penjelasan dan dukungan warga, tiga polisi tak kuasa membawanya dan mereka pun pulang. Setelah itu warga melarikan pria yang sehari-hari berdagang di Pasar Air Tiris ini ke rumah sakit Ibnu Sina Kampar. Melihat kondisi Zulkifli yang lemah dan bersimbah darah, warga mulai kesal. Seketika itu juga warga langsung berbondong-bondong ke Polsek untuk mencari tiga polisi dan meminta pertanggungjawaban. ‘’Kami tak puas atas perlakuan terhadap rekan kami. Dia tak bersalah kenapa dipukuli dan diperlakukan tidak manusiawi,’’ sebut Yanto.

Warga lainnya, H Yunus (45) mengatakan, yang ditangkap polisi adalah orang baik. ‘’Dia diazab dan dipukul. Aksi yang dilakukan warga ini tidak ada penggeraknya. Semua dari penjuru berhenti dan ikut dalam aksi pelemparan Polsek Kampar,’’ ujarnya. Aksi pemukulan warga ini tersebar luas sampai ke seluruh Air Tiris. Bahkan dengan sukarela warga beraksi membela korban atas perlakukan polisi yang semena-mena dengan mendatangi Polsek Kampar yang tak jauh dari Pasar Air Tiris.

Pantauan Riau Pos di lokasi kejadian, gelombang ribuan massa berdatangan terus-menerus mulai sore sampai malam dengan membawa senjata tajam seperti pedang, tombak dan parang. Kedatangan massa itu ada yang berjalan kaki dan naik truk. Mereka menutup jalan dari Kampar ke Pekanbaru. Aksi massa membuat Kapolres Kampar AKBP MZ Muttaqien turun ke lokasi kejadian dan melerai massa. Upaya itu dilakukan lewat perundingan bersama ninik mamak, yakni Datuk Zaini, Datuk Pondi dan Majo Indo yang berlangsung di Polsek. Ninik mamak minta tiga polisi ditahan di Polsek dan kuncinya mereka pegang. Permintaan ini tak disetujui Kapolres.

Menurutnya, itu tak etis dan tak bisa dilakukan. Namun ia berjanji tiga polisi itu disanksi yang sesuai. ‘’Aturan hukum kan sudah ada. Jadi saya berat hati mengabulkan permintaan saudara,’’ kata Kapolres.
Perundingan yang berlangsung setengah jam tak menemukan titik temu. Ninik mamak masih bersikeras dengan permintaannya, Kapolres tak bisa mengabulkannya. Kapolres pulang ke Kampar dan menjenguk korban di salah satu rumah sakit di Pekanbaru.

Sementara massa terus berusaha menerobos Polsek. Melihat aksi massa, polisi yang ada di Polsek mencegah dengan memadamkan lampu dan Kapolsek berunding dengan ninik mamak. Permintaan kali ini, tiga polisi diserahkan pada massa untuk diadili. Permintaan itu tak disetujui Kapolsek dan akhirnya buntu kembali. Amukan massa semakin marah dengan melakukan tindakan anarkis memecahkan kaca dan lampu-lampu di Polsek.

Pemadaman lampu yang berlangsung selama satu setengah jam ini membuat emosi massa makin tersulut. Mereka memberhentikan truk bermuatan kerikil, mengambilnya dan dilemparkan ke polisi. Polisi pun tak tinggal diam dan membalas tembakan serta kejar-kejaran dengan massa. Dalam aksi itu, sejumlah orang berhasil diamankan polisi. Amarah massa mulai berkecamuk melihat salah seorang di antaranya, Ibet terkena peluru tembakan. Massa terus berusaha menerobos masuk ke Polsek untuk menyerang. Di sela-sela itu, polisi meletuskan senjata dan membuat massa sedikit mundur.

Kejadian berlangsung tegang. Bahkan wartawan yang meliput diamankan polisi dan tak bisa keluar Mapolsek. Riau Pos merupakan salah seorang wartawan yang terperangkap di Mapolsek. Riau Pos baru bisa keluar sekitar pukul 20.00 WIB. Kejadian ini tentu tak diduga. Para jurnalis yang meliput merasa was-was akan lemparan batu. Bahkan untuk menghindarinya, Riau Pos bersama rekan-rekan jurnalis lainnya duduk di lantai mencari tempat yang aman, begitu juga anggota polisi.

Di tengah aksi, satu truk Kodim 132 Wira Bima datang membantu dan meredam massa. Namun itu tak berdampak banyak karena massa sudah mengepung Polsek. Usaha pengepungan ini tak berlangsung lama. Tepat pukul 21.30 rombongan Kapolda Riau Brigjen Pol Drs Suedi Husein didampingi Kapolres Kampar tiba ke lokasi. Kapolda langsung berunding dengan ninik mamak di rumah tokoh masyarakat Air Tiris, Yurmalis Syaiful. Di sela-sela perundingan ini, aparat kepolisian dan TNI menguasai keadaan dan keberingasan massa dapat diredam.

‘’Dalam perundingan suasana mulai mencair. Ninik mamak tak lagi minta tiga polisi itu diserahkan pada massa atau juga ditahan. Melainkan menyerahkan ke kepolisian untuk memprosesnya menurut aturan yang berlaku,’’ kata salah seorang ninik mamak, Datuk Zaini. Selain itu, kata dia, korban yang dipukul dan terkena tembakan harus dirawat sampai tuntas yang biayanya ditanggung polisi. Sementara massa yang ditahan agar dibebaskan.sumber riau pos.(aal/rdh/rul/fia)-//kba.ajiinews//ganas//galaknews//